HUBUNGAN STRES DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA MAHASISWA ANGKATAN 2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gangguan saluran pencernaan
merupakan salah satu gangguan yang sering dikeluhkan dan telah menjadi masalah
kesehatan di masyarakat. Di antara sekian banyak gangguan saluran pencernaan
yang di derita di masyarakat, keluhan yang paling banyak ditemukan di bagian
gastroenterologi adalah keluhan dispepsia, nyeri pada lambung, kembung dan
mual-mual, dimana keluhan tersebut merupakan salah satu gejala khas dari
penyakit gastritis mulai dari akut sampai dengan kronis (Salamiharja, 1997).
Gastritis merupakan suatu proses
inflamasi, iritasi dan infeksi pada mukosa lambung sebagai akibat
ketidakseimbangan faktor agresif dengan faktor defensif dalam tubuh sehingga
menimbulkan gejala klinis berupa rasa tidak enak pada perut bagian atas yang
menetap atau mengalami kekambuhan (Kapita selekta kedokteran, 1998),
diperkirakan hampir semua penderita gastritis mengalami kekambuhan.
Gastritis termasuk ke dalam sepuluh besar
penyakit dengan posisi kelima pasien rawat inap dan posisi keenam pasien rawat jalan di rumah sakit.
Rata-rata pasien yang datang ke unit pelayanan kesehatan baik di puskesmas
maupun rumah sakit mengalami keluhan yang berhubungan dengan nyeri ulu hati
(Profil Dinkes Nasional, 2010). Penyakit gastritis termasuk ke dalam sepuluh
besar penyakit rawat inap di rumah sakit tingkat Provinsi Sulawesi Selatan
dengan jumlah pasien yang keluar karena meninggal sebanyak 1,45% dari jumlah
pasien yang keluar .(Dinkes Sulsel, 2010).
1.2 Identifikasi Masalah
Di negara berkembang diperkirakan
sering didapatkan penyakit tukak lambung dan frekuensi terjadinya tukak lambung
makin meningkat. Tukak lambung merupakan penyakit yang mengenai seluruh lapisan
masyarakat. Penyakit gastritis merupakan penyakit saluran pencernaan bagian
atas yang sifatnya menetap sehingga kemungkinan mengalami kekambuhan cukup
besar, faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kekambuhan penyakit
gastritis tersebut salah satu faktornya adalah karena stres, infeksi
virus,obat-obat penghilang nyeri seperti aspirin, alkohol, merokok, kebiasaan
makan dan minum yang bisa merangsang asam lambung.
Kondisi seseorang yang sedang
mengalami stress sangat berpengaruh terhadap terjadinya kekambuhan gastritis
karena stres dapat merangsang produksi asam lambung sehingga menyebabkan
keradangan. Kebiasaan makan yang tidak teratur dan kebiasan mengkonsumsi
makanan yang pedas, asam dan panas juga bisa menyebabkan kekambuhan pada
penyakit gastritis karena makanan tersebut bisa merusak mukosa lambung dan
meningkatkan asam lambung, sehingga timbul rasa nyeri, kembung, atau rasa penuh
pada perut bagian atas.
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
a. Menganalisa
hubungan stres dan kebiasaan makan dengan terjadinya kekambuhan penyakit
gastritis pada Mahasiswa angkatan 2017
1.3.2
Tujuan khusus
a. Menganalisa
hubungan antara karakteristik penderita gastritis (umur, jenis kelamin, sosial
ekonomi) dengan kekambuhan penyakit gastritis.
b. Menganalisa
hubungan antara pengetahuan penderita dengan terjadinya kekambuhan gastritis.
c. Menganalisa
hubungan antara stres dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis.
d. Menganalisa
hubungan antara kebiasaan makan dengan terjadinya kekambuhan penyakit
gastritis.
1.4. Manfaat
a. Bagi
Masyarakat
Memperoleh tambahan pengetahuan dan wawasan tentang
gastritis sehingga dapat dilakukan pencegahan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan perorangan.
b.
Bagi Penderita Gastritis
Menambah
informasi dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian kekambuhan penyakit gastritis dan bahayanya supaya kekambuhan dapat
dilakukan pencegahan.
c.
Bagi Balai Pengobatan
Sebagai
bahan pertimbangan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada penderita
gastritis.
d. Bagi
Peneliti
Menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan dalam
bidang epidemiologi khususnya hubungan antara stress dan kebiasaan makan
terhadap terjadinya kekambuhan gastritis.
e. Bagi
peneliti lain
Sebagai studi awal untuk pengembangan penelitian
selanjutnya tentang kekambuhan penyakit gastritis
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi Gastritis
Gastritis atau tukak lambung yang
sering kita kenal dengan penyakit maag merupakan sekumpulan keluhan atau gejala
klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang
menetap atau mengalami kekambuhan karena adanya inflamasi dari mukosa lambung
(Kapita selekta kedokteran, 1999).
Gastritis
ditandai dengan adanya radang pada mukosa yang ditandai dengan infiltrasi sel
netrofil atau infiltrasi sel limfosit, sel palasma dan eosinofil dengan atau
tanpa simtom (Tambunan,1994). Sedangkan menurut Harrison 2000, gastritis adalah
inflamasi mukosa lambung dan bukan merupakan penyakit yang tunggal, atau lebih
tepatnya suatu kelompok penyakit yang mempunyai perubahan peradangan pada
mukosa lambung yang sama tetapi ciri klinis, karakteristik histologi dan
patogenitas yang berlainan.
2.2 Patofisiologi
Gastritis
Lambung mempunyai faktor agresif
(asam lambung dan pepsin) dan faktor defensif (produksi lendir, bikarbonat
mukosa dan prostaglandin mikrosirkulasi), gangguan penyaki gastritis dapat
terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan faktor agresif dan faktor
defensif dalam tubuh kita Akibat adanya ketidakseimbangan faktor agresif dan
faktor defensif menyebabkan HCL dalam lambung meningkat. Kadar HCL normal dalam
lambung ± 0,4
%,kelebihan kadar HCL dalam cairan lambung dapat merusak jaringan selaput
lendir lambung dan jaringan halus usus 12 jari, jaringan yang rusak akan
menjadi luka bernanah yang ada di dalan lambung dan menyebabkan keradangan
(Laylawati, 2000).
2.3 Klasifikasi Gastritis
Berdasarkan
Harrison 2000 pada umumnya klasifikasi gastritis diklasifikasikan menjadi akut
dan kronik berdasarkan pada manifestasi klinis, ciri- ciri histologik yang
mencirikan gastritis, distribusi anatomik gastritis atau beberapa kasus dan
patogenesis
2.3.1 Gastritis Akut
Gastritis
akut sering ditemukan karena merupakan kelainan terbanyak di lambung, biasanya
sifatnya jinak dan merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri yang
menggambarkan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal (Dharma,
1984).
2.3.2 Gastritis Kronik
Gastritis
kronik merupakan kelainan yang cukup sering ditemukan di klinik maupun praktek
sehari-hari. Secara umum gastritis merupakan kelainan klinik yang disebabkan
inflamasi mukosa lambung yang terdapat pada daerah antrum dan korpus, sifatnya
lokal atau difus dan regresi terjadi dalam waktu singkat atau progresif lambat,
dapat akut atau kronik (Rani, 1990) Ciri khasnya adalah infiltrasi radang yang
terdiri dari limfosit dan sel plasma ke dalam lamina propria, kelenjar mukosa
berkurang atau hilang, dan metaplasia intestinal. Pengaruh proses iritasi
mukosa lambung yang lama antara lain karena refluks asam empedu, minum alkohol
dan adanya antibodi sel parietal akan menimbulkan gastritis kronik (Tambunan,
1994).
2.4 Definisi Kekambuhan
Menurut
kamus bahasa Indonesia 1976, kekambuhan merupakan suatu keadaan jatuh sakit
lagi atau munculnya kembali gejala penyakit yang lebih sakit dari sakit yang
terdahulu.
2.5 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit
Gastritis
2.5.1 Umur
Walaupun
tukak dapat diderita sejak usia anak-anak tapi puncak kekerapan tukak lambung
pada dekade ke-5 (40-50 tahun). Prevalensi keganasan yang besar pada penyakit
gastritis diatas 45 tahun (Taringan, 1990), hal ini mungkin dikarenakan karena
pertambahan usia akan menimbulkan beberapa perubahan baik secara fisik maupun
mental yang lebih lanjut mengakibatkan kemunduran biologis terhadap penurunan
fungsi organ tubuh yang berperan sebagai dalam mempertahankan dan menciptakan
kesehatan yang prima adalah fungsi organ yang berkaitan dengan makanan dan
pencernaan (Febrianti, 2004).
2.5.2 Jenis Kelamin
Hampir
semua kepustakaan menyebutkan bahwa tukak pada laki-laki lebih banyak dari pada
perempuan, data pada subbagian gastroentelogi bagian ilmu penyakit dalam
FKUI/RSCM 1986 menunjukkan pada laki-laki 3 kali lebih banyak dari pada wanita
tetapi laporan akhir-akhir ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa insidensi
tukak makin banyak pada wanita sehingga perbandingan tersebut menjadi kecil,
hal ini mungkin disebabkan karena wanita lebih sering mengalami tekanan atau
kecemasan dalam hidupnya (Simadibrata, 1990).
2.5.3 Pengetahuan
Menurut
WHO 1998 perilaku seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu pengetahuan,
kepercayaan, sikap dan nilai. Pengetahuan yang berhubungan dengan penyakit
gastritis adalah prilaku merokok, minum alkohol, obat-obatan penghilang rasa
nyeri, konsumsi makanan dan minuman yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit
gastritis.
2.5.4 Kebiasaan Makan Dan Minum
Kebiasaan
makan adalah cara seseorang atau kelompok orang dalam memilih hidangan dan
mengkonsumsinya sebagai tanggapan terhadap pengaruh psikologi, fisiologi,
budaya dan sosial. Istilah kebiasaan makan juga menunjukkan tindakan manusia
(what people do and practice) terhadap makan dan makanan yang dipengaruhi oleh
pengetahuan (what people think), dan perasaan (what people feel) serta persepsi
(what people perceive) tentang suatu hal itu (Adiningsih,S, 2005).
Menurut
Yuwono Agus salah satu penyebab yang bisa menyebabkan penyakit gastritis adalah
karena ketidakmampuan lambung (indigesti), produksi asam lambung yang
berlebihan dan makan yang tidak teratur.
Penyakit
lambung ini biasanya terjadi akibat serangan asam lambung yang tinggi, atau
terlalu banyak makanan dan minuman yang bersifat merangsang naiknya asam
lambung seperti makanan pedas yang mengandung cabe dan merica, makanan yang
asam, kopi, alkohol, dan minum-minuman yang bersoda. Makanan yang sifatnya
“tajam” tersebut bisa menggasak dinding lambung, sehingga menimbulkan nyeri
pada lambung yang lecet karena gesekan tersebut. Karena lemahnya daya tahan
dinding lambung terhadap serangan tersebut maka kehadiran zat-zat merangsang
tersebut menimbulkan gejala penyakit gastritis Sedangkan memakan makanan dalam keadaan panas dapat
menyebabkan iritasi mukosa lambung dan menyebabkan rangsangan thermis
(Tambunan, 1994)
2.5.5 Merokok
Merokok
bisa merusak lapisan mukosa lambung karena asap rokok dipercaya menghalangi
produksi zat prostaglandin tubuh, zay ini merupakan pelindung lambung dari serangan asam lambung dan pepsin
sehingga merut peka terhadap radang lambung seperti ulkus dan jika berlanjut
bisa menyebabkan karsinoma
2.5.6 Alkohol
Alkohol
dapat mengakibatkan peradangan dan perlakuan pada lambung, mengkonsumsi alkohol
yang sekali-kali tidak akan menimbulkan kerusakan lambung tapi dapat
meningkatkan sekresi asam lambung (Albert, 2005).
2.5.7. Penyakit Infeksi
Dewasa
ini telah di yakini oleh para ahli bahwa kuman helicobakter pylori dapat
menyebabkan terjadinya gastritis kronis dengan angka prevalensi sebesar 70-80%
(Lumaksono, W, 1998). Bakteri ini bergerak dalam lapisan mukus perut, dalam
suasana asam tinggi, disitulah bakteri ini mengeluarkan enzim urease yang dapat
menguraikan urea menjadi amoniak dan karbondioksida ( Salamiharja, 1997).
2.5.8. Stres
Stres
merupakan kelelahan badan yang diakibatkan oleh kecemasan, tekanan-tekanan yang
dialami dalam menjalani kehidupan (Scala, 2003). Para ahli kedokteran
sependapat menyatakan bahwa produksi asam HCL berlebihan dalam lambung,
disebabkan terutama oleh adanya ketegangan atau stres mental/kejiwaan Apabila
stres dan emosi dibiarkan maka tubuh akan berusaha menyesuaikan diri dan
bertahan hidup dengan tekanan tersebut. Kondisi yang demikian dapat menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan patologis dalam jaringan atau organ tubuh
manusia, melalui saraf otonom. Sebagai akibatnya, akan tibul penyakit adaptasi
yang berupa hipertensi, penyakit jantung (infark), tukak lambung atau gastritis
dan lain sebagainya (Laylawati, 2001) Oleh karena itu penderita gastritis harus
hidup lebih rileks dan menghindari stres, karena stres dapat merangsang
produksi asam lambung sehingga menyebabkan terjadinya radang
2.6 Kerangka Teori
Umur
|
Jenis kelamin
|
Faktor psikis
|
Makanan
-
Kebiasaan makan tidak teratur
-
Jenis makanan atau minuman
yang
merangsang peningkatan
asam
lambung
|
Meningkatkan produksi asam lambng
|
Gastritis
|
Keterangan:
Menyebabkan
|
>45
tahun
|
Kemunduran biologis
|
penurunan fungsi organ tubuh
yang berperan sebagai dalam
mempertahankan dan menciptakan kesehatan yang prima |
Laki>Perempuan
|
Kecemasan
|
Stress
|
Perubahan patologis dalam
jaringan atau organ tubuh manusia, melalui saraf otonom
|
Peningkatan
saraf parasimpatis
|
Makan
cabai
|
Mengandung
Capciasin
|
Gambar 2.1 Kerangka teori penelitian
2.7 Kerangka Konsep
Variabel
Independen
|
STRES
|
Kebiasaan Makan dan Minum
|
Variabel
Antara
|
Keterangan
Menyebabkan
Terdiri dari
|
Variabel
Dependen
|
GASTRITIS
KAMBUH
|
Konsumsi makanan pedas, asam dan panas
|
Keteraturan
makan
|
Konsumsi minuman berkafein
|
Konsumsi minuman beralkohol dan bersoda
|
Variabel
Perancu
|
Tumor
lambung
|
Gambar 2.2 Kerangka konsep
penelitian
BAB 3
METODE
PENELITIAN
3.1 Deasain Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan merupakan penelitian observasional karena dalam
pengumpulan data atau informasi tanpa melakukan intervensi atau perlakuan pada
responden, sedangkan berdasarkan tipe penelitian adalah penelitian analitik
karena bermaksud menganalisa hubungan antara variable-variabel penelitian,
pengumpulan data yang digunakan yaitu secara cross sectional di mana
dalam penelitian ini seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan dan pada
waktu berlangsungnya kegiatan penelitian
3.2 Waktu
dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan
di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan berlangsung mulai bulan
September 2018 sampai November 2018.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2017
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
3.3.2 Sampel
Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Angkatan 2017 periode September
2018-November 2018 . Besar sampel adalah sama dengan populasi (total
sampling). Sampel yang diambil adalah
sampel yang memenuhi kriteria :
a. Kriteria Inklusi :
Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan
2017 dan bersedia mengisi kuisoner
b. Kriteria Eksklusi :
Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Angkatan 2016
yang tidak mengisi kuisoner lengkap.
3.4 Metode Pengumpulan
Data
Dalam penelitian ini pengambilan
data primer dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden. Kemudian
responden diminta untuk mengisi kuesioner setelah inform concent terlebih
dahulu.
3.5 Manajemen Data
Menejemen
data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan program Statistic Package
for Social Sciences (SPSS).
3.6 Etika Penelitian
Penelitian
ini akan menggunakan manusia sebagai
sumber informasi subjek penelitian, untuk itu diperlukan informed consent
dari mahasiswa yang dijadikan responden.
sumber informasi subjek penelitian, untuk itu diperlukan informed consent
dari mahasiswa yang dijadikan responden.
BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran
No.
|
Jenis Pengeluaran
|
Biaya (Rp)
|
1
|
Persiapan Proposal
|
|
|
Biaya print dan
jilid proposal
Biaya
perbanyakan proposal
|
50.000
50.000
|
2
|
Pengumpulan Data
|
|
|
Izin Penelitian
Transportasi
Kuisoner
(Rp.2000,- x 300)
|
500.000
100.000
600.000
|
3
|
Analisa Data dan Penyusunan Hasil
|
150.000
|
|
Lain-lain
|
350.000
|
|
JUMLAH
|
1.800.000
|
4.2 Jadwal Penelitian
Jadwal
|
|
|
|
I
|
|
|
|
|
|
II
|
|
|
|
|
|
III
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
TAHAP PEMBUATAN PROPOSAL
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pembuatan proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
TAHAP PERSIAPAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Survei Tempat Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perizinan pelaksanaan penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ethical clearance
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
TAHAP PELAKSANAAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengam
bilan data sampel
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
TAHAP PELAPORAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Analisis Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pembuatan laporan hasil penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DAFTAR
PUSTAKA
Atkinson,
M Jacqueline. 1991. Mengatasi Stress Di Tempat Kerja. Binarupa Aksara, Jakarta:
1-62.
Cohran, G William. 1991.
Tehnik penarikan sampel. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta: 85-86.
Daldiyono. 1989. Dasar-dasar
Gastroenterologi Hepatologi. Penerbit FKUI. Jakarta: 19-40.
Dharma, Adji. 1991.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 2. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta: 264-278.
Djaja,
Saminawar. Soemantri, S dan Irianto, Joko. 2003. Perjalanan Transisi
Epidemiologi di Indonesia Dan Implikasi Penanganannya, Study
Atkinson,
M Jacqueline. 1991. Mengatasi Stress Di Tempat Kerja. Binarupa Aksara, Jakarta:
1-62.
Cohran, G William. 1991.
Tehnik penarikan sampel. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta: 85-86.
Daldiyono. 1989.
Dasar-dasar Gastroenterologi Hepatologi. Penerbit FKUI. Jakarta: 19-40.
Dharma, Adji. 1991.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 2. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta: 264-278.
Djaja,
Saminawar. Soemantri, S dan Irianto, Joko. 2003. Perjalanan Transisi
Epidemiologi di Indonesia
Dan Implikasi Penanganannya, Study
Harrison. 2000. Ilmu
Penyakit Dalam. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: 1549-1553.
Hirlan, Soeharjono Theo.
1990. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: 95-102.
Hirlan. 2001. Gastritis.
Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta:127-138.
Isfandari,
Siti. 1999. Gejala Gangguan Mental Emosional Penduduk Dewasa Berdasarkan Studi Morbiditas SKRT 1995.
Buletin Penelitian Kesehatan Vol 26, No 2&3. Depkes RI.
Kapita Selekta
Kedokteran.1999. Gastroenterologi. Edisi ke tiga jilid pertama. Media Aesculapias.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 489-494.
Kusumobroto Hermono. 2004.
New Insight in The Management of NSAID’S Gastropathy. Bagian-SMF Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran UNAIR RSUD Dr Sutomo. Surabaya: 49-60.
Laylawati,
Endang. 2001. Penyakit Maag Dan Gangguan Pencernaan. Kanisius: 13-28.
Lumaksono,
Tulus dan Adi Pangestu. 1988. Seorang Penderita Tukak lambung Terkait Dengan Helicobakter Pylori.
Majalah Ilmu Penyakit Dalam Vol 24, No 4, Oktober-Desember 1998. 233-241.
Notoatmojo, Soekidjo.
2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta: 10-60.
Oesman, Nizam. 1998.
Prevalensi infeksi H.Pylori Pada Penderita Dispepsia Dengan Pemeriksaan
Histopatologi. Majalah Ilmu Penyakit Dalam. Vol 24. No 1. Januari-Maret 1998.
Surabaya: 1-8.
Rani, A Aziz. 1990.
Gastritis Kronik, Gastroenterologi Hepatologi. CV infomedika. Jakarta: 149-153.
Scala, James. 2003. 25
Cara Alami Mengatasi Stress Dan Menghindari Kelelahan. Prestasi Pustaka
Publiser. Jakarta: 1-12.
Simadibrata R. 1993. Tukak
Peptikum (Ulkus Peptikum) Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Penerbit FKUI.
Jakarta: 103-109.
Suprajitno, Adji. 1995.
Pendarahan Saluran Makan Bagian Atas. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia.
Tahun XXIII. No 8. Jakarta: 555-558.
Taringan, Pengarapan.
1990. Tukak Lambung, Gastroenterologi Hepatologi. CV Infomedika. Jakarta:
163-176
Comments
Post a Comment