HUBUNGAN STRES DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA MAHASISWA ANGKATAN 2017

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
            Gangguan saluran pencernaan merupakan salah satu gangguan yang sering dikeluhkan dan telah menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Di antara sekian banyak gangguan saluran pencernaan yang di derita di masyarakat, keluhan yang paling banyak ditemukan di bagian gastroenterologi adalah keluhan dispepsia, nyeri pada lambung, kembung dan mual-mual, dimana keluhan tersebut merupakan salah satu gejala khas dari penyakit gastritis mulai dari akut sampai dengan kronis (Salamiharja, 1997).
            Gastritis merupakan suatu proses inflamasi, iritasi dan infeksi pada mukosa lambung sebagai akibat ketidakseimbangan faktor agresif dengan faktor defensif dalam tubuh sehingga menimbulkan gejala klinis berupa rasa tidak enak pada perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Kapita selekta kedokteran, 1998), diperkirakan hampir semua penderita gastritis mengalami kekambuhan.
         Gastritis termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit dengan posisi kelima pasien rawat inap dan posisi  keenam pasien rawat jalan di rumah sakit. Rata-rata pasien yang datang ke unit pelayanan kesehatan baik di puskesmas maupun rumah sakit mengalami keluhan yang berhubungan dengan nyeri ulu hati (Profil Dinkes Nasional, 2010). Penyakit gastritis termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit rawat inap di rumah sakit tingkat Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah pasien yang keluar karena meninggal sebanyak 1,45% dari jumlah pasien yang keluar .(Dinkes Sulsel, 2010).

1.2 Identifikasi Masalah
            Di negara berkembang diperkirakan sering didapatkan penyakit tukak lambung dan frekuensi terjadinya tukak lambung makin meningkat. Tukak lambung merupakan penyakit yang mengenai seluruh lapisan masyarakat. Penyakit gastritis merupakan penyakit saluran pencernaan bagian atas yang sifatnya menetap sehingga kemungkinan mengalami kekambuhan cukup besar, faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis tersebut salah satu faktornya adalah karena stres, infeksi virus,obat-obat penghilang nyeri seperti aspirin, alkohol, merokok, kebiasaan makan dan minum yang bisa merangsang asam lambung.
            Kondisi seseorang yang sedang mengalami stress sangat berpengaruh terhadap terjadinya kekambuhan gastritis karena stres dapat merangsang produksi asam lambung sehingga menyebabkan keradangan. Kebiasaan makan yang tidak teratur dan kebiasan mengkonsumsi makanan yang pedas, asam dan panas juga bisa menyebabkan kekambuhan pada penyakit gastritis karena makanan tersebut bisa merusak mukosa lambung dan meningkatkan asam lambung, sehingga timbul rasa nyeri, kembung, atau rasa penuh pada perut bagian atas.
           
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
a.       Menganalisa hubungan stres dan kebiasaan makan dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis pada Mahasiswa angkatan 2017

1.3.2 Tujuan khusus
a.       Menganalisa hubungan antara karakteristik penderita gastritis (umur, jenis kelamin, sosial ekonomi) dengan kekambuhan penyakit gastritis.
b.      Menganalisa hubungan antara pengetahuan penderita dengan terjadinya kekambuhan gastritis.
c.       Menganalisa hubungan antara stres dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis.
d.      Menganalisa hubungan antara kebiasaan makan dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis.

1.4. Manfaat
a.       Bagi Masyarakat
Memperoleh tambahan pengetahuan dan wawasan tentang gastritis sehingga dapat dilakukan pencegahan dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan perorangan.
b.      Bagi Penderita Gastritis
Menambah informasi dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kekambuhan penyakit gastritis dan bahayanya supaya kekambuhan dapat dilakukan pencegahan.
c.       Bagi Balai Pengobatan
Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada penderita gastritis.
d.      Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan dalam bidang epidemiologi khususnya hubungan antara stress dan kebiasaan makan terhadap terjadinya kekambuhan gastritis.
e.       Bagi peneliti lain
Sebagai studi awal untuk pengembangan penelitian selanjutnya tentang kekambuhan penyakit gastritis



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gastritis
            Gastritis atau tukak lambung yang sering kita kenal dengan penyakit maag merupakan sekumpulan keluhan atau gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan karena adanya inflamasi dari mukosa lambung (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Gastritis ditandai dengan adanya radang pada mukosa yang ditandai dengan infiltrasi sel netrofil atau infiltrasi sel limfosit, sel palasma dan eosinofil dengan atau tanpa simtom (Tambunan,1994). Sedangkan menurut Harrison 2000, gastritis adalah inflamasi mukosa lambung dan bukan merupakan penyakit yang tunggal, atau lebih tepatnya suatu kelompok penyakit yang mempunyai perubahan peradangan pada mukosa lambung yang sama tetapi ciri klinis, karakteristik histologi dan patogenitas yang berlainan.

2.2 Patofisiologi Gastritis
            Lambung mempunyai faktor agresif (asam lambung dan pepsin) dan faktor defensif (produksi lendir, bikarbonat mukosa dan prostaglandin mikrosirkulasi), gangguan penyaki gastritis dapat terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan faktor agresif dan faktor defensif dalam tubuh kita Akibat adanya ketidakseimbangan faktor agresif dan faktor defensif menyebabkan HCL dalam lambung meningkat. Kadar HCL normal dalam lambung ± 0,4 %,kelebihan kadar HCL dalam cairan lambung dapat merusak jaringan selaput lendir lambung dan jaringan halus usus 12 jari, jaringan yang rusak akan menjadi luka bernanah yang ada di dalan lambung dan menyebabkan keradangan (Laylawati, 2000).

2.3 Klasifikasi Gastritis
Berdasarkan Harrison 2000 pada umumnya klasifikasi gastritis diklasifikasikan menjadi akut dan kronik berdasarkan pada manifestasi klinis, ciri- ciri histologik yang mencirikan gastritis, distribusi anatomik gastritis atau beberapa kasus dan patogenesis

2.3.1 Gastritis Akut
Gastritis akut sering ditemukan karena merupakan kelainan terbanyak di lambung, biasanya sifatnya jinak dan merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri yang menggambarkan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal (Dharma, 1984).

2.3.2 Gastritis Kronik
Gastritis kronik merupakan kelainan yang cukup sering ditemukan di klinik maupun praktek sehari-hari. Secara umum gastritis merupakan kelainan klinik yang disebabkan inflamasi mukosa lambung yang terdapat pada daerah antrum dan korpus, sifatnya lokal atau difus dan regresi terjadi dalam waktu singkat atau progresif lambat, dapat akut atau kronik (Rani, 1990) Ciri khasnya adalah infiltrasi radang yang terdiri dari limfosit dan sel plasma ke dalam lamina propria, kelenjar mukosa berkurang atau hilang, dan metaplasia intestinal. Pengaruh proses iritasi mukosa lambung yang lama antara lain karena refluks asam empedu, minum alkohol dan adanya antibodi sel parietal akan menimbulkan gastritis kronik (Tambunan, 1994).

2.4 Definisi Kekambuhan
Menurut kamus bahasa Indonesia 1976, kekambuhan merupakan suatu keadaan jatuh sakit lagi atau munculnya kembali gejala penyakit yang lebih sakit dari sakit yang terdahulu.

2.5 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Gastritis
2.5.1 Umur
Walaupun tukak dapat diderita sejak usia anak-anak tapi puncak kekerapan tukak lambung pada dekade ke-5 (40-50 tahun). Prevalensi keganasan yang besar pada penyakit gastritis diatas 45 tahun (Taringan, 1990), hal ini mungkin dikarenakan karena pertambahan usia akan menimbulkan beberapa perubahan baik secara fisik maupun mental yang lebih lanjut mengakibatkan kemunduran biologis terhadap penurunan fungsi organ tubuh yang berperan sebagai dalam mempertahankan dan menciptakan kesehatan yang prima adalah fungsi organ yang berkaitan dengan makanan dan pencernaan (Febrianti, 2004).

2.5.2 Jenis Kelamin
Hampir semua kepustakaan menyebutkan bahwa tukak pada laki-laki lebih banyak dari pada perempuan, data pada subbagian gastroentelogi bagian ilmu penyakit dalam FKUI/RSCM 1986 menunjukkan pada laki-laki 3 kali lebih banyak dari pada wanita tetapi laporan akhir-akhir ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa insidensi tukak makin banyak pada wanita sehingga perbandingan tersebut menjadi kecil, hal ini mungkin disebabkan karena wanita lebih sering mengalami tekanan atau kecemasan dalam hidupnya (Simadibrata, 1990).

2.5.3 Pengetahuan
Menurut WHO 1998 perilaku seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu pengetahuan, kepercayaan, sikap dan nilai. Pengetahuan yang berhubungan dengan penyakit gastritis adalah prilaku merokok, minum alkohol, obat-obatan penghilang rasa nyeri, konsumsi makanan dan minuman yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit gastritis.

2.5.4 Kebiasaan Makan Dan Minum
Kebiasaan makan adalah cara seseorang atau kelompok orang dalam memilih hidangan dan mengkonsumsinya sebagai tanggapan terhadap pengaruh psikologi, fisiologi, budaya dan sosial. Istilah kebiasaan makan juga menunjukkan tindakan manusia (what people do and practice) terhadap makan dan makanan yang dipengaruhi oleh pengetahuan (what people think), dan perasaan (what people feel) serta persepsi (what people perceive) tentang suatu hal itu (Adiningsih,S, 2005).
Menurut Yuwono Agus salah satu penyebab yang bisa menyebabkan penyakit gastritis adalah karena ketidakmampuan lambung (indigesti), produksi asam lambung yang berlebihan dan makan yang tidak teratur.
Penyakit lambung ini biasanya terjadi akibat serangan asam lambung yang tinggi, atau terlalu banyak makanan dan minuman yang bersifat merangsang naiknya asam lambung seperti makanan pedas yang mengandung cabe dan merica, makanan yang asam, kopi, alkohol, dan minum-minuman yang bersoda. Makanan yang sifatnya “tajam” tersebut bisa menggasak dinding lambung, sehingga menimbulkan nyeri pada lambung yang lecet karena gesekan tersebut. Karena lemahnya daya tahan dinding lambung terhadap serangan tersebut maka kehadiran zat-zat merangsang tersebut menimbulkan gejala penyakit gastritis Sedangkan memakan makanan dalam keadaan panas dapat menyebabkan iritasi mukosa lambung dan menyebabkan rangsangan thermis (Tambunan, 1994)

2.5.5 Merokok
Merokok bisa merusak lapisan mukosa lambung karena asap rokok dipercaya menghalangi produksi zat prostaglandin tubuh, zay ini merupakan pelindung lambung dari serangan asam lambung dan pepsin sehingga merut peka terhadap radang lambung seperti ulkus dan jika berlanjut bisa menyebabkan karsinoma

2.5.6 Alkohol
Alkohol dapat mengakibatkan peradangan dan perlakuan pada lambung, mengkonsumsi alkohol yang sekali-kali tidak akan menimbulkan kerusakan lambung tapi dapat meningkatkan sekresi asam lambung (Albert, 2005).

2.5.7. Penyakit Infeksi
Dewasa ini telah di yakini oleh para ahli bahwa kuman helicobakter pylori dapat menyebabkan terjadinya gastritis kronis dengan angka prevalensi sebesar 70-80% (Lumaksono, W, 1998). Bakteri ini bergerak dalam lapisan mukus perut, dalam suasana asam tinggi, disitulah bakteri ini mengeluarkan enzim urease yang dapat menguraikan urea menjadi amoniak dan karbondioksida ( Salamiharja, 1997).


2.5.8. Stres
Stres merupakan kelelahan badan yang diakibatkan oleh kecemasan, tekanan-tekanan yang dialami dalam menjalani kehidupan (Scala, 2003). Para ahli kedokteran sependapat menyatakan bahwa produksi asam HCL berlebihan dalam lambung, disebabkan terutama oleh adanya ketegangan atau stres mental/kejiwaan Apabila stres dan emosi dibiarkan maka tubuh akan berusaha menyesuaikan diri dan bertahan hidup dengan tekanan tersebut. Kondisi yang demikian dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan patologis dalam jaringan atau organ tubuh manusia, melalui saraf otonom. Sebagai akibatnya, akan tibul penyakit adaptasi yang berupa hipertensi, penyakit jantung (infark), tukak lambung atau gastritis dan lain sebagainya (Laylawati, 2001) Oleh karena itu penderita gastritis harus hidup lebih rileks dan menghindari stres, karena stres dapat merangsang produksi asam lambung sehingga menyebabkan terjadinya radang


















2.6 Kerangka Teori

Umur


Jenis kelamin


Faktor psikis
Makanan
-          Kebiasaan makan tidak teratur
-          Jenis makanan atau minuman
yang merangsang peningkatan
asam lambung
Meningkatkan produksi asam lambng
Gastritis
Keterangan:
               Menyebabkan


>45 tahun
Kemunduran biologis
penurunan fungsi organ tubuh yang berperan sebagai dalam
mempertahankan dan menciptakan kesehatan yang prima
Laki>Perempuan
Kecemasan
Stress
Perubahan patologis dalam jaringan atau organ tubuh manusia, melalui saraf otonom
Peningkatan saraf parasimpatis
Makan cabai
Mengandung Capciasin
 

























Gambar 2.1 Kerangka teori penelitian



2.7 Kerangka Konsep
Variabel
Independen













STRES
Kebiasaan Makan dan Minum


Variabel
Antara
  
Keterangan
            Menyebabkan
            Terdiri dari
Variabel
Dependen
GASTRITIS
KAMBUH
Konsumsi makanan pedas, asam dan panas
Keteraturan
makan
Konsumsi minuman berkafein
Konsumsi minuman beralkohol dan bersoda
Variabel Perancu
Tumor lambung
 














Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian




BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Deasain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian observasional karena dalam pengumpulan data atau informasi tanpa melakukan intervensi atau perlakuan pada responden, sedangkan berdasarkan tipe penelitian adalah penelitian analitik karena bermaksud menganalisa hubungan antara variable-variabel penelitian, pengumpulan data yang digunakan yaitu secara cross sectional di mana dalam penelitian ini seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan dan pada waktu berlangsungnya kegiatan penelitian


3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan berlangsung mulai bulan September 2018 sampai November 2018.

3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2017 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
3.3.2 Sampel
Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan 2017 periode September 2018-November 2018 . Besar sampel adalah sama dengan populasi (total sampling).  Sampel yang diambil adalah sampel yang memenuhi kriteria :
a. Kriteria Inklusi : Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan 2017 dan bersedia mengisi kuisoner
b. Kriteria Eksklusi : Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan 2016 yang tidak mengisi kuisoner lengkap.

3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengambilan data primer dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden. Kemudian responden diminta untuk mengisi kuesioner setelah inform concent terlebih dahulu.

3.5 Manajemen Data
            Menejemen data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan program Statistic Package for Social Sciences (SPSS).

3.6 Etika Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan manusia sebagai
sumber informasi subjek penelitian, untuk itu diperlukan informed consent
dari mahasiswa yang dijadikan responden.



BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran
No.
Jenis Pengeluaran
Biaya (Rp)
1
 Persiapan Proposal


 Biaya print dan jilid proposal
 Biaya perbanyakan proposal
   50.000
   50.000
2
 Pengumpulan Data


 Izin Penelitian
 Transportasi
 Kuisoner (Rp.2000,- x 300)
 500.000
 100.000
 600.000
3
 Analisa Data dan Penyusunan Hasil
 150.000

Lain-lain
350.000

JUMLAH
1.800.000

4.2 Jadwal Penelitian
Jadwal



I





II





III




























1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4










































TAHAP PEMBUATAN PROPOSAL



















































Pembuatan proposal

























TAHAP PERSIAPAN



















































Survei Tempat Penelitian

























Perizinan pelaksanaan penelitian

























Ethical clearance

























TAHAP PELAKSANAAN



















































Pengam

bilan data sampel

























TAHAP PELAPORAN



















































Analisis Data

























Pembuatan laporan hasil penelitian























































DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, M Jacqueline. 1991. Mengatasi Stress Di Tempat Kerja. Binarupa Aksara, Jakarta: 1-62.

Cohran, G William. 1991. Tehnik penarikan sampel. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta: 85-86.

Daldiyono. 1989. Dasar-dasar Gastroenterologi Hepatologi. Penerbit FKUI. Jakarta: 19-40.

Dharma, Adji. 1991. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 2. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: 264-278.

Djaja, Saminawar. Soemantri, S dan Irianto, Joko. 2003. Perjalanan Transisi Epidemiologi di Indonesia Dan Implikasi Penanganannya, Study

Atkinson, M Jacqueline. 1991. Mengatasi Stress Di Tempat Kerja. Binarupa Aksara, Jakarta: 1-62.

Cohran, G William. 1991. Tehnik penarikan sampel. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta: 85-86.

Daldiyono. 1989. Dasar-dasar Gastroenterologi Hepatologi. Penerbit FKUI. Jakarta: 19-40.

Dharma, Adji. 1991. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 2. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: 264-278.

Djaja, Saminawar. Soemantri, S dan Irianto, Joko. 2003. Perjalanan Transisi Epidemiologi di Indonesia Dan Implikasi Penanganannya, Study

Harrison. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: 1549-1553.

Hirlan, Soeharjono Theo. 1990. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 95-102.

Hirlan. 2001. Gastritis. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta:127-138.

Isfandari, Siti. 1999. Gejala Gangguan Mental Emosional Penduduk Dewasa Berdasarkan Studi Morbiditas SKRT 1995. Buletin Penelitian Kesehatan Vol 26, No 2&3. Depkes RI.

Kapita Selekta Kedokteran.1999. Gastroenterologi. Edisi ke tiga jilid pertama. Media Aesculapias. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 489-494.

Kusumobroto Hermono. 2004. New Insight in The Management of NSAID’S Gastropathy. Bagian-SMF Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNAIR RSUD Dr Sutomo. Surabaya: 49-60.

Laylawati, Endang. 2001. Penyakit Maag Dan Gangguan Pencernaan. Kanisius: 13-28.

Lumaksono, Tulus dan Adi Pangestu. 1988. Seorang Penderita Tukak lambung Terkait Dengan Helicobakter Pylori. Majalah Ilmu Penyakit Dalam Vol 24, No 4, Oktober-Desember 1998. 233-241.

Notoatmojo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta: 10-60.

Oesman, Nizam. 1998. Prevalensi infeksi H.Pylori Pada Penderita Dispepsia Dengan Pemeriksaan Histopatologi. Majalah Ilmu Penyakit Dalam. Vol 24. No 1. Januari-Maret 1998. Surabaya: 1-8.

Rani, A Aziz. 1990. Gastritis Kronik, Gastroenterologi Hepatologi. CV infomedika. Jakarta: 149-153.

Scala, James. 2003. 25 Cara Alami Mengatasi Stress Dan Menghindari Kelelahan. Prestasi Pustaka Publiser. Jakarta: 1-12.

Simadibrata R. 1993. Tukak Peptikum (Ulkus Peptikum) Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Penerbit FKUI. Jakarta: 103-109.

Suprajitno, Adji. 1995. Pendarahan Saluran Makan Bagian Atas. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia. Tahun XXIII. No 8. Jakarta: 555-558.

Taringan, Pengarapan. 1990. Tukak Lambung, Gastroenterologi Hepatologi. CV Infomedika. Jakarta: 163-176

Comments

Popular posts from this blog

KEDOKTERAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN